Baiklah kita lupakan semua itu dan hari ini fakir nak sambung kembali sebahagian lagi erti tawakal yang sebenarnya yang mana merupakan apa yang nak Fakir paparkan hanyalah merupakan dalil-dalil yang membuktikan bahawa tawakal itu amat disarankan dalam agama kita yang suci ini. Fakir tidak akan berceloteh banyak dalam artikel ini.Cuba perhatikan beberapa dalil yang dipaparkan dibawah ini.
"Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya" (Ath-Thalaq : 3)
Yaitu yang mencukupinya, Ar-Robi' bin Khutsaim berkata: Dari
segala sesuatu yang menyempitkan (menyusahkan) manusia. (Hadits Riwayat Bukhari
bab Tawakal 11/311).
Ibnu Qayyim berkata: Allah adalah yang mencukupi orang yang
bertawakal kepadanya dan yang menyandarkan kepada-Nya, yaitu..
"Dia yang memberi ketenangan dari ketakutan orang yang takut, Dia adalah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong dan barangsiapa yang berlindung kepada-Nya dan meminta pertolongan dari-Nya dan bertawakal kepada-Nya, maka Allah akan melindunginya, menjaganya, dan barangsiapa yang takut kepada Allah, maka Allah akan membuatnya nyaman dan tenang dari sesuatu yang ditakuti dan dikhuatirkan, dan Allah akan memberi padanya segala macam keperluan yang bermanfa'at" (Taisirul Azizil Hamidh hal. 503)
Dan ini adalah ganjaran yang paling besar, yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menjadikan diri-Nya sendiri sebagai yang memenuhi segala keperluan orang yang bertawakal kepada-Nya,
Dan sungguh
Allah telah banyak menyebutkan kebaikan dan keutamaan yang menjadi ganjaran
untuk orang-orang yang bertawakal kepada Allah, antara lain...
"Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar". (Ath-Thalaq : 2)
"Dan
barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menghapus
kesalahan-kesalahan dan akan melipat gandakan pahala baginya". (Ath-Thalaq
: 5).
"Dan
barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya
kemudahan dalam urusannya". (Ath-Thalaq : 4)
"Dan
barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama
dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu; Nabi-nabi, para
shiddiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang yang soleh. Dan
mereka itulah teman yang sebaik-baiknya". (An-Nisa' : 69)
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam bab Zuhud yang disanadkan kepada Amru bin 'Ash yang mengangkat hadis ini kepada Nabi SAW, baginda bersabda...
Sedangkan ayat yang menyebutkan sikap tawakal adalah firman
Allah...
"Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya
Allah akan mencukupkan (keperluan)nya". (Ath-Thalaq : 3)
Ibnu Al-Qayyim berkata: "Perhatikanlah ganjaran-ganjaran
yang akan diterima oleh orang yang bertawakal yang mana ganjaran itu tak
diberikan kepada orang lain selain yang bertawakal kepada-Nya, ini membuktikan
bahwa tawakal adalah jalan terbaik untuk menuju ketempat disisinya dan
perbuatan yang amat dicintai Allah" (Madarijus Salikin 2/128)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu berkata. "Bersabda
Rasulullah SAW:
Jika seseorang keluar dari rumah, maka ia akan disertai oleh
2 orang malaikat yang selalu menemaninya. Jika orang itu berkata Bismillah
(dengan menyebut nama Tuhan), kedua malaikat itu berkata: Allah telah memberimu
petunjuk, jika orang itu berkata: Tiada daya dan upaya dan kekuatan kecuali
kepada Allah, kedua malaikat itu berkata: Engkau telah dilindungi dan dijaga,
dan jika orang itu berkata: Aku bertawakal kepada Allah, kedua malaikat itu
berkata: Engkau telah mendapatkan kecukupan". (*1)
'Sesungguhnya didalam hati anak Adam terdapat celah-celah, dan barangsiapa yang mengabaikan Allah pada setiap celah didalam hatinya maka ia akan binasa, dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, maka Allah akan mencukupi celah-celah yang ada dalam hatinya itu"
(Diriwayatkan oleh Ibnu Majah bab Zuhud: 4166 (2/1395) di dalam Az-Zawaid dikatakan bahwa hadis ini lemah sanadnya, dan di dalam Al-Mizan dikatakan bahwa hadis ini tertolak)
Sebagaimana diriwayatkan pula bahwa Nabi SAW bersabda...
"Barangsiapa yang memutuskan gantungannya selain kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka Allah akan mencukupi baginya segala keperluannya, dan Allah akan mendatangkan rezeki baginya dari yang tak terduga"
(Dikeluarkan oleh Thabrani dalam Ash-Shagir 1/115-116 dan diriwayatkan oleh Ibnu Abu Halim seperti yang disebutkan dalam Ibnu Katsir 8/174 dan Abu Shaikh dalam At-Targhib 2/538 lihat Majmu' Az-Zawa'id 10/303)
Yang memberi kecukupan hanyalah Allah saja, sebagaimana firman-Nya...
"Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu" (Al-Anfal : 64)
Artinya; cukuplah Allah bagi kamu, dan cukuplah bagimu orang-orang yang beriman mengikutimu (Tafsir Ath-Thabari 10/37),
Maka kamu semua tak akan memerlukan seseorang jika kamu bersama Allah, ini adalah pendapat dari Abu Shaleh Ibnu Abbas, dan juga berpendapat Ibnu Zaid, Muqatil (Zaad Al-Masir 3/556). Asy-Sya'bi (Tafsir Ath-Thabari 10/37) dan lain-lainnya, dan Ibnu Katsir tidak menyebutkan selain pendapat ini (Tafsir Ibnu Katsir 4/30)
Ada juga yang mengatakan bahwa ertinya adalah: cukuplah bagimu Allah, dan cukuplah bagimu orang-orang yang beriman, yaitu pendapat yang diriwayatkan dari Al-Hasan dan diikuti oleh An-Nuhas.(Tafsir Al-Qurthubi 8/43)
Ibnu Al-Jauzy berkata: Bahwa yang benar adalah pendapat yang pertama (Zaad Al-Masir 3/256), hal itu berdasar pada petunjuk bukti kajian bahwa sesungguhnya yang boleh memberi kecukupan hanyalah Allah Subhanahu wa Ta'ala. (Adlwa'u Al-Bayan)
Ibnu Al-Qayyim berkata: Ini begitu juga dengan pendapat sebahagian orang adalah suatu kesalahan yang nyata, tidak boleh mengertikan ayat ini seperti ini (pendapat kedua), dan bahwa sesungguhnya yang boleh memberi kecukupan hanyalah Allah semata, begitu juga dengan tawakal, taqwa dan penyembahan hanyalah kepada Allah.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Majah bab Zuhud: 4166 (2/1395) di dalam Az-Zawaid dikatakan bahwa hadis ini lemah sanadnya, dan di dalam Al-Mizan dikatakan bahwa hadis ini tertolak)
Sebagaimana diriwayatkan pula bahwa Nabi SAW bersabda...
"Barangsiapa yang memutuskan gantungannya selain kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka Allah akan mencukupi baginya segala keperluannya, dan Allah akan mendatangkan rezeki baginya dari yang tak terduga"
(Dikeluarkan oleh Thabrani dalam Ash-Shagir 1/115-116 dan diriwayatkan oleh Ibnu Abu Halim seperti yang disebutkan dalam Ibnu Katsir 8/174 dan Abu Shaikh dalam At-Targhib 2/538 lihat Majmu' Az-Zawa'id 10/303)
Yang memberi kecukupan hanyalah Allah saja, sebagaimana firman-Nya...
"Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu" (Al-Anfal : 64)
Artinya; cukuplah Allah bagi kamu, dan cukuplah bagimu orang-orang yang beriman mengikutimu (Tafsir Ath-Thabari 10/37),
Maka kamu semua tak akan memerlukan seseorang jika kamu bersama Allah, ini adalah pendapat dari Abu Shaleh Ibnu Abbas, dan juga berpendapat Ibnu Zaid, Muqatil (Zaad Al-Masir 3/556). Asy-Sya'bi (Tafsir Ath-Thabari 10/37) dan lain-lainnya, dan Ibnu Katsir tidak menyebutkan selain pendapat ini (Tafsir Ibnu Katsir 4/30)
Ada juga yang mengatakan bahwa ertinya adalah: cukuplah bagimu Allah, dan cukuplah bagimu orang-orang yang beriman, yaitu pendapat yang diriwayatkan dari Al-Hasan dan diikuti oleh An-Nuhas.(Tafsir Al-Qurthubi 8/43)
Ibnu Al-Jauzy berkata: Bahwa yang benar adalah pendapat yang pertama (Zaad Al-Masir 3/256), hal itu berdasar pada petunjuk bukti kajian bahwa sesungguhnya yang boleh memberi kecukupan hanyalah Allah Subhanahu wa Ta'ala. (Adlwa'u Al-Bayan)
Ibnu Al-Qayyim berkata: Ini begitu juga dengan pendapat sebahagian orang adalah suatu kesalahan yang nyata, tidak boleh mengertikan ayat ini seperti ini (pendapat kedua), dan bahwa sesungguhnya yang boleh memberi kecukupan hanyalah Allah semata, begitu juga dengan tawakal, taqwa dan penyembahan hanyalah kepada Allah.
Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur'an...
"Dan jika mereka bermaksud hendak menipu, maka
sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindung). Dialah yang memperkuatmu
dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin" (Al-Anfal : 62).
Lalu dia (Ibnu Al-Qayyim) membezakan antara memberi
kecukupan dengan memberi kekuatan, yang mampu memberi kecukupan hanyalah Allah
semata, sementara yang mampu memberi kekuatan adalah hanya Allah dengan
membantunya dan juga bersama hamba-hamba Allah lainnya,
Allah telah memuji kepada orang-orang yang bertauhid serta
orang-orang yang bertawakal diantara hamba-hambanya, yang mana Allah
mengkhususkan mereka untuk mendapat kecukupan dari Allah SWT, Allah
berfirman...
"(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul)
yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan:' Sesungguhnya manusia telah
mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka',
maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: 'Cukuplah
Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung". (Ali
Imran : 173),
Dan mereka tidak pernah mengatakan: cukuplah Allah bagi kami
dan Rasulnya.
Jika mereka berpendapat seperti ini dan Allah memuji mereka
seperti itu, maka bagaimana mungkin Allah mengatakan kepada utusan-Nya dengan
mengatakan:
"Allah dan pengikut-pengikutmu akan memberimu
kecukupan, sementara para pengikut Muhammad SWT telah menjadikan Allah
satu-satunya yang memberi kecukupan, dan mereka tidak pernah mem-persekutukan
Allah dengan Rasul-Nya dalam masalah memberi kecukupan, bagaimana mungkin
mereka (para pengikut Muhammad) melakukan hal seperti ini?! ini adalah
kemustahilan yang paling mustahil dan kesesatan yang paling sesat."
Hal yang serupa dengan bahasan ini adalah firman Allah...
"Jikalau mereka sungguh-sungguh redha dengan apa yang
diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata;
"Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberi kepada
kami sebahagian dari kurnia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya
kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah', (tentulah yang demikian
itu lebih baik bagi mereka)" (At-Taubah : 59).
Mari kita perhatikan bagaimana Allah menjadikan kewajiban untuk mematuhi-Nya
dan Rasul-Nya, sebagaimana firman-Nya...
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah
dia". (Al-Hasyr : 7),
Dan menjadikan kecukupan itu hanya dengan diri-Nya semata,
Allah tidak pernah mengatakan; dan mereka berkata...
Cukuplah Allah dan Rasul-Nya bagi kami, akan tetapi Allah
menjadikan ia-Nya sendiri satu-satunya yang bersifat memberi kecukupan,
Fiman Allah...
"Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap
kepada Allah" (At-Taubah : 59),
Dan Allah tidak pernah mengatakan: "dan kepada
Rasul-Nya", akan tetapi Allah menjadikan berharap hanya pada-Nya semata,
Sebagaimana firman Allah...
"Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap"
(Asy-Syarh : 7-8).
Maka berharap, bertawakal, berlindung dan memberi kecukupan
hanyalah kepada Allah semata, sebagaimana ibadah, taqwa dan sujud hanyalah
milik Allah, begitu juga dengan sumpah dan bernazar tidak diperbolehkan kecuali
hanya kepada Allah semata.
Dan yang serupa dengan ayat ini adalah firman Allah...
Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya"
(Az-Zumar : 36).
Maka yang mencukupi bererti Dia pula yang melindungi, disini
Allah mengkhabarkan bahawa hanya Dia-lah yang memberi perlindungan kepada
hamba-Nya,
Sekali lagi bagaimana
mungkin Allah menjadikan hamba-Nya para pengikut Nabi bersama Allah sebagaimana
yang memberi kecukupan? Dalil-dalil yang membuktikan kesesatan penafsiran yang
merosak ini lebih banyak lagi untuk disebutkan. (Zaad Al-Ma'ad 1/36-37)
Nota kaki
*1.Hadits Riwayat
At-Tirmidzi bab do'a 3426 (5/490) dan ia juga mengatakan bahwa hadis ini
adalah: hadis baik, benar dan asing, kami tak mengetahuinya kecuali dengan
ungkapan seperti ini. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah bab do'a 3886 (2/178), ia
berkata di dalam Kitab Az-Zawaid: Bahwa didalam sanad hadis ini terdapat Harun
bin Abdullah, ia adalah seorang yang lemah. Diriwayatkan oleh Abu Daud dari
hadis Anas bab Adab 5073 (13/437), Ahmad dalam Musnadnya (1/66) yang lebih
sempurna dari ungkapan ini. Hadis ini dibenarkan oleh Al-Albani sebagaimana
dalah shahih Al-Jami Ash-Shagir 513, 227 (1/1950)
Sumber rujukan
Dikutip dari buku At-Tawakkul 'Alallah wa
'Alaqatuhu bil Asbab oleh Dr Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji dengan edisi
Indonesia Rahasia Tawakal & Sebab Akibat hal. 84 - 89 Bab Buah Tawakal,
terbitan Pustaka Azzam Penerjemah Drs. Kamaluddin Sa'diatulharamaini dan
Farizal Tirmidzi.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan